Deni Rachman: Menulis Itu Merawat Ingatan dan Melawan Lupa

Oleh: Andrias Arifin

Rumah itu terjepit di dalam gang kecil. Jalan untuk menuju ke sana juga tak kalah sempitnya. Hanya butuh satu kelokan saja, sampailah saya di rumahnya. Pintu pagar besi bercat hitam itu berderit bising ketika saya membukanya. Dan saya memasuki rumahnya yang sejuk. Sejuknya pekarangan rumah itu tidak boleh dianggap berlebihan, sebab celah-celah tanah kosong halaman rumahnya banyak dirambati tanaman-tanaman perdu dan bunga-bunga di dalam pot menghiasi teras dan dinding rumah yang separuh temboknya berbahan batu-batu.

Lampu-lampu rumah itu belum seluruhnya dinyalakan. Hanya di ruangan tengah saja yang tampak menyala. Sesosok lelaki kemudian muncul dari arah belakang rumah dengan mulut yang dibebat masker kain berwarna biru muda. Lelaki itu menghampiri saya sambil menimang seorang bocah laki-laki berusia dua tahun. Anak kecil itu terus bergelayut manja di pangkuan lelaki itu.

Continue reading